Kali ini saya akan bercerita tentang sebuah pengorbanan dari seorang Ayah berdasarkan pengalaman saya,
Oke.. Cerita ini berawal ketika saya keluar dari pekerjaan yang sebelumnya, yaitu di salah satu Koperasi di kota Tangerang, setelah memutuskan untuk resign saya langsung pergi ke Jakarta untuk bekerja sebagai kuli bangunan, jadi tidak pulang ke rumah dulu.
Mungkin kalian heran kenapa saya keluar dari pekerjaan yang memiliki gaji yang bisa dibilang cukup untuk menghidupi saya dan orang tua saya lalu malah memilih untuk bekerja menjadi kuli bangunan.
Sebenarnya saya ingin merasakan kerasnya hidup sebagai kuli bangunan, oh iya ngomong – ngomong Ayah saya juga seorang kuli bangunan, jadi saya ke Jakarta untuk menyusul beliau.
Saya merasa kasihan dengan Ayah saya, jadi saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saya yang sebelumnya demi menyusul Ayah saya di Jakarta, saya ingin merasakan beratnya beliau mencari uang untuk membesarkan saya selama ini, karena saya sadar suatu saat nanti saya juga akan berada di posisi beliau menjadi seorang Ayah.
Ternyata menjadi kuli bangunan tidak lah mudah, kita akan selalu mendapatkan perintah dari Mandor, kita akan sering dimarahi orang lain jika melakukan kesalahan, hal itulah yang saya rasakan saat pertama kali saya menjadi seorang kuli bangunan.
Saya berpikir, berarti ini yang selama ini dirasakan Ayah saya, susahnya mencari uang, kita akan dibayar jika kita bekerja, jika tidak bekerja maka tidak akan mendapatkan bayaran. Saya menjadi kuli bangunan selama dua bulan sebelum memutuskan untuk menjadi freelance seperti sekarang.
Disana, saya merasakan semua yang dirasakan Ayah saya, kerja keras yang beliau lakukan hanya untuk membuat anaknya bahagia, saya malu dengan diri sendiri. Saya bertekad untuk menjadi seseorang yang sukses suatu saat nanti, dipikiran saya saat itu hanyalah kerja kerja dan kerja.
Jadi bukan hanya Ibu yang berkorban demi kita, melainkan juga Ayah. Bersyukurlah kalian yang memiliki orang tua mapan, memiliki pekerjaan yang bisa menghidupi keluarga kalian.
Lihatlah orang – orang diluar sana, masih banyak keluarga yang memiliki kekurangan, Bahkan untuk makan pun tidak bisa hingga anak yang harusnya mengenyam pendidikan malah harus menjadi tulang punggung keluarga.
Seketika itu air mata saya menetes tanpa saya duga, melihat Ayah saya bekerja kepanasan, kehujanan demi anak dan istrinya. Dua hari sebelum saya pulang kampung, terjadi sebuah musibah yang menimpa kami, bedeng pekerja tiba – tiba terbakar saya yang saat itu berada di lantai 26 langsung lari menuruni tangga menuju bedeng untuk menyelamatkan barang – barang, saya mencoba menerobos kobaran api.
Di dalam kobaran api tersebut saya hampir saja tidak sadarkan diri, tapi tiba – tiba seperti ada yang menarik saya keluar dari kobaran api itu, saya bisa merasakannya tapi tidak bisa melihatnya.
Akhirnya saya bisa keluar dari kobaran api tersebut walaupun saya gagal menyelamatkan barang – barang. Hanya dalam waktu 15 menit semua bedeng hangus tak tersisa, aneh, di tangan saya membekas 3 jari seperti jari manusia. Mungkin saat itu ada yang menyelamatkan saya.
Saya mengalami luka bakar di bagian kanan tubuh saya, setelah kejadian itu kami tidur di pos satpam, di saat itulah saya menyadari bahwa hanya Ayah yang saya miliki disana, yang merawat saya, karena saat itu saya hanya bisa tiduran karena sulit untuk berjalan.
Selama 2 hari saya tidur di pos satpam, hanya Ayah yang bersama saya, berjalan jauh demi membeli makan, beliau rela tidak makan demi anaknya. Ingin rasanya saya menangis, tapi air mata tidak mau keluar.
Apa yang bisa diambil dari cerita saya ini ?
Sayangi orang tuamu selagi mereka masih ada, karena suatu saat mereka akan meninggalkanmu, bukan cuma Ibu yang berkorban untuk membesarkan anaknya melainkan Ayah juga berperang penting. Buat bangga orang tuamu, jangan malah membuat mereka malu.
^^ Jangan lupa baca juga Pentingnya Rasa Percaya Diri Dalam Diri Anda.
Penulis : Bayu A.S
(Terverifikasi)
Address : Desa Bugel, Kec. Godong, Kab. Grobogan, Jawa Tengah
Twitter : @bayuas06
Website : http://lakukan-sesuatu.blogspot.com
Ingin Berbagi Pengalaman Unik Anda di Internet? Kirimkan di Blog Juragan Cipir.
apapun perkerjaan ayah kita pasti hasilnya keringat halal, yang di niatkan untuk keluarga. sayang banget sama ayah n ibu
ayah adalah tulang punggung keluarga yg mencari nafkah, dan ibu adalah yg melahirkan serta merawat kita, jadi keduanya harus kita hormati kerja kerasnya ya mas 🙂
betul mbak, 🙂 100 untuk mbak
Jadi ingat ayah nih, bisa jadi seperti sekarang karena peran orang tua, yaitu ayah dan ibu. Ingat terakhir kali sms atau menelpon ayah kapan? kalau saya baru bertemu minggu lalu dengan Ayah….Anda kapan?
maka sepatutnya kita bersyukur krn masih punya ayah ya mas Daniel 🙂
begitulah kerja keras seorang ayah demi menunaikan kewajibanya sebagai tulang punggung keluarga,mancari nafkah utk anak dan istri tercinta,meski terkadang cacian omelan dsb,ayah akan tetap ayah…hmmm jadi ingat ayah dan ibu yang DISANA…
Ba….
Bagus….