Tapi kali ini kami membahas tentang hakekat niat “kalau mau memulai sesuatu itu yang penting niat, hakekat niat berarti mengingini sesuatu dan bertekad hati untuk mendapatkannya. Dan niat itu harus bulat, bukan cuma 100 persen, melainkan 1000 persen.
Misalkan kita mau berjalan kaki dari palbapang ke parangtritis. Bagi seseorang yang niatnya bulat untuk melakukannya, maka berjalan kaki itu akan terasa mudah. Tapi bila niatnya setengah-setengah atau pun terpaksa, maka akan terasa berat“ mas Agus brewok menghela nafas sejenak.
Saya jadi teringat tentang perjalanan hidup saya selama menjadi musafir. Bila tidak didasari oleh niat yang bulat, untuk mencari jati diri. Mending saya kembali aja menekuni dunia yang lama di dunia sinematografi. Peduli amat dengan jati diri. Yang penting saya bekerja, dapat uang yang cukup, bisa membeli apa saja yang saya inginkan serta hidup sejahtera.
Tapi apa itu saja? Teringat kembali saat saya memutuskan untuk melepas semua atribut-atribut dunia di saat saya tengah berada di tangga teratas menuju keberhasilan. Alias pundi-pundi uang pasti mengalir dengan deras tentunya.
Mendapat penawaran kontrak sebagai penulis scenario tetap di suatu production house, setelah selama 4 tahun hanya sebagai asisten penulis scenario. Oh ya, dahulu saya memang bekerja sebagai asisten penulis. Pekerjaan saya adalah membuat draft tulisan atau scene plot untuk saya serahkan sebagai penulis skenario.
Di sini tidak bisa saya sebutkan siapa penulis scenario itu, yang jelas deretan piala vidia telah menghiasi lemari kacanya. Tapi mengapa semua itu saya tinggalkan? Memulai kehidupan baru sebagai musafir. Hmm sebuah pergulatan yang panjang antara niat untuk mencari jati diri dengan niat untuk menjadi penulis scenario.
Terbangun saya dari lamunan ketika mas Agus brewok menepuk punggung saya. “mikirin masa lalu ya?“ katanya sambil tertawa. “Udah kalau emang gak niat jadi musafir, ya mending balik aja ke Jakarta.“ kali ini saya juga tertawa.
“Biasa mas agus, kadang niat untuk mencari jati diri itu membara dalam hati saya, kadang mengecil“ ujar saya. “Biasa mas Risman. niat itu selalu diuji ama Allah sepanjang hari.“, mas Agus menjelaskan.
“Dan Allah menguji niat kita lewat berbagai cara. Sebagai contoh saat saya punya niat tidur dan beribadah di masjid. Niatnya hanya pengen tidur dan beribadah, eh malah didatangi ama jin penunggu masjid dan jin itu menawarkan pekerjaan, kalau saya pengen sukses, maka saya disuruh buka bengkel motor. maka jin itu akan menarik konsumen yang datang kebengkel saya .“
“Kalau saya menuruti apa kata jin, berarti derajat saya di bawah jin itu donk“ Mas agus tertawa lagi. Saya terdiam sejenak. Benar apa kata mas agus. Di sepanjang perjalanan menjadi musafir. Banyak orang yang menawarkan sesuatu yang berbelok arah dari niat saya menjadi musafir.
Niat saya kala itu untuk mencari jati diri. Tapi ada saja yang menawarkan anak gadisnya untuk saya nikahi, ada yang menawarkan saya untuk membuka praktek pengobatan, ada juga yang menawarkan saya untuk memegang usahanya. Dan banyak macam lainnya.
Adzan mahrib telah berkumandang. Saya pun berpamitan dengan mas agus menuju masjid terdekat untuk menjalankan shalat mahrib. Yah bincang-bincang sederhana itu membuat hati saya tercerahkan, tentang pentingnya sebuah niat.
( i ) Simak juga Perjalanan Dengan Argo Gluduk, Menantang Adrenalin.
Penulis : Risman Aji Darmawan
(Terverifikasi)
Address : Desa Kasihan, Kab. Bantul, Jogjakarta
Facebook : Risman Aji Darmawan
Google+ : +Risman Aji
Ingin Berbagi Pengalaman Unik Anda di Internet? Kirimkan di Blog Juragan Cipir.
sukses tidaknya suatu tujuan memang berawal dari niat ya mas, kalau niatnya ada sudah setengah2 maka biasanya akan gagal ditengah jalan hmmm :(<br /><br />cukup menarik sekali obrolannya dgn mas Agus brewok, tentunya sambil ditemani kopi kental gelas besar ya mas hehehe 😀
hilang juga menu langganannya. good
memang dari niat sesuatu yang tadi nya imposible menjadi posible . Karena tidak ada yang tak mungkin didunia ini ,<br />