Perjalanan kali ini memang bukan perjalanan perdana.Sudah berkali-kali bahkan. Tapi tetap saja nyali ini ciut saat hujan mulai turun serta petir menyambar-nyambar.
Ya Allah… berdiri bergelantung.. basah kuyup. Serta masinis dan seorang temannya di dalam lokomotif yang terlihat menikmati suasana ini.. Mungkin mereka bertaruh apakah saya akan terjatuh atau tidak Itu terlihat dari tawa yang ditujukan kepada saya saat mereka melihat saya melompat ketiang besi. Ops saya tidak boleh suuzon..
Bukan salah masinis memang. Karena saya kan cuma cari gratisan. Beberapa teman musafir memang sering bercerita bahwa kasih saja tiga batang ro*kok atau sejumlah uang, maka masinis akan mempersilahkan kita masuk ke dalam gerbong barang.
Tapi masa sih perjalanan mencari jati diri harus maen sogok menyogok? Kalau mau membayar, cari saja kereta api kelas ekonomi. Dan memang… saat saya tidak kuat lagi memegang tiang-tiang besi.. saya pun jatuh terpental. Sayup-sayup saya melihat kereta barang itu melaju meninggalkan saya..
Untung saja saya jatuh bukan di rel besi. Tapi di pinggir area persawahan. Alhamdulilah.. ya sebagai manusia kita memang harus selalu bersyukur dengan apapun kejadian yang menimpa kita.
Dengan sisa-sisa energy saya pun melangkah, mencari sebuah pematang sawah, untuk istirahat sejenak. Tapi kaki ini terasa sulit untuk digerakkan.. Akhirnya saya pun terjatuh kembali… tak sadar diri.
Masih teringat dengan jelas.. saat saya terbangun. Terkejut.. ada sepasang suamii stri yang sudah tua yang memandang saya dengan harap-harapcemas. Dan dengan ramah mereka sempat menanyakan siapa saya.Saya pun menceritakan dengan sejujurnya siapa saya dan hendak kemana.
Syukur alhamdulilah… Ternyata saya berada di suatu desa di daerah rangkas bitung. Dan di desa itu status musafir masih dianggap terhormat. Kebetulan sekitar 20 km dari desa itu ada sebuah ponpes yang mewajibkan santrinya harus berkelana untuk lebih memantapkan ilmunya.
Pada mereka saya mengaku saya bukanlah santri lulusan ponpes. Saya hanyalah seorang manusia yang sedang kehilangan arah dan dengan pergi berkelana, saya bisa lebih dekat dengan Allah. Mereka hanya mengangguk-ngangguk..
Dan hari itu khususnya merupakan salah satu hari yang paling menyenangkan dalam hidup saya. Pasangan suami istri itu membawa saya menuju rumahnya. Saya pun dijamu makanan special yaitu bebek goreng yang khusus disembelih untuk saya.
Alhamdulilah. Sujud syukur selalu saya ucapkan kepada Allah.. memang benar dibalik sebuah kesulitan, pasti ada 2 kemudahan. Masih ingat saat saya terpelanting jatuh bergulung-gulung, kini di hadapan saya ada bebek goreng plus satu lirang pisang raja yang bisa saya habiskan. Allahuakbar.
The show must go on.
Walaupun pasangan suami istri itu menyambut saya dengan ramah dan mempersilahkan saya untuk tinggal sepanjang yang saya mau. Saya selalu berkomitmen dengan diri saya. Bahwa saya adalah musafir. Saya bukanlah manusia yang suka aji mumpung. Saya pun berpamitan dan berjanji dalam hati, suatu hari saya akan datang kembali ke desa itu.
Perpisahan pun terasa mengharukan. Kebetulan tak jauh dari desa itu, ada stasiun rangkasbitung. Dan saya tau persis bahwa kereta barang selalu berhenti di stasiun itu. Hanya 30 menit berjalan kaki saya pun sampai.
Tak lama menunggu.. kereta barang pun lewat. Tanpa pikir panjang saya pun melompat kembali meneruskan perjalanan yang tertunda. Sambil bergelantung sayapun menyanyikan lagu kebangsaan para musafir.
Musafir, hidupmu bebas tiada ikatan….
Musafir, berkelana sepanjang waktu..
Musafir, apakah yang engkau cari?
Musafir, apakah arti hidupmu?
^^ Jangan lupa lihat juga Perjalanan Dengan Argo Gluduk, Menantang Adrenalin.
Penulis : Risman Aji Darmawan
(Terverifikasi)
Address : Desa Kasihan, Kab. Bantul, Jogjakarta
Facebook : Risman Aji Darmawan
Google+ : +Risman Aji
yang paling mengharukan adalah ketika terjadi perpisahan antara mas musafir dengan sepasang suami istri serta beberapa warga desa yg sdh kita kenal…. benar2 sebuah perjalanan luar biasa seorang musafir 🙂
Aduh,,,,,, ceritanya membuat mata saya berbinar-binar nih mas. :D<br />Saya dulu pernah naik kereta api dari Keroya ke Jakarta, seru juga sih ceritanya, malah duduknya di restorasi. he,, he,, he, 😀
mas indra tentunya juga sdh banyak pengalaman tentang suka duka dalam perjalanan ya mas, hmmm keren 🙂