Apakah anda seorang guru atau kah seorang murid? Jika iya, berarti anda saat ini menjadi “lakon” di artikel ini. Saya tekadang tersenyum jika melihat para pak guru dan bu guru beserta murid-muridnya pada ngeblog, dan hal itu merupakan pertemuan kedua mereka setelah di sekolah.
Pada saat di sekolah murid bertanya kepada guru tentang pelajaran sekolah, namun ketika di internet pak guru balik bertanya kepada muridnya tentang pelajaran ngeblog. Sebuah pembelajaran “timbal balik” yang jarang disadari oleh kita semua, dan hal inilah yang seringkali membuat saya tersenyum.
Secara hukum alam, anak muda akan cenderung lebih pintar dari para orang-orang tua dalam hal teknologi, termasuk internet dan blogging. Hal inilah yang memaksa pak guru harus mau bertanya kepada murid soal blogging di internet.
Selain ngeblog, saya juga sering melihat para guru dan murid sama-sama menjadi publisher adsense dan bertemu dalam satu forum. Terkadang si murid sudah master di adsense, sedangkan pak guru dan ibu guru masih newbie di adsense. Lagi-lagi pak dan bu guru ini harus mau belajar kepada murid. Ternyata guru juga harus mau bertanya kepada murid.
Itulah sekilas cerita tentang “guru dan murid yang sama-sama menjadi blogger”. Semoga ocehan saya ini bisa mencerahkan kita semua bahwa antara guru dan murid sama-sama saling membutuhkan dalam banyak hal. Termasuk bagi setiap individu selain guru dan murid bahwa mereka harus mau bertanya kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan di bawahnya, karena terkadang orang yang berada di level bawah memiliki kepandaian di bidang lain yang kita belum tahu.
wah keren selain itu gurunya juga tak malu bertanya dengan murid
Betul banget mbak Indri, karena dalam mencari ilmu tidak boleh memandang kepada siapa kita berguru. Jadi lihat lah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang berbicara.
Ilmu itu ibarat emas, yang mana di mana pun atau dari mana pun emas itu, maka tetap lah emas. Ada sebuah cerita: pada suatu saat ada anak kecil yang sedang maianan emas, bentuknya cincin emas. Anak itu mengulum cincin itu, kemudian tak sengaja cincinnya ketelan. Pagi harinya dia BAB, dan setelah dicari ternyata cicncinnya dah keluar bersamaan dengan kotoran. Nah walaupun cincin itu dah bercampur dengan kotoran toh tidak akan mengurangi nilai jualnya.
Semua ilmu itu pada dasarnya putih, adapun jika ada yang menyebutnya ada ilmu hitam itu kurang pas karena akan mejadi tetap putih atau hiamnya itu tergantung si pemakainya. Ini ibarat pisau roti, jika digunakan sesuai fungsinya maka akan memberikan manfaat, akan tetapi jika disalahgunakan maka akan berbahaya.
wah keren sekali pencerahannya mas syamsu, sangat menambah wawasan saya, dan akan sangat lebih bermanfaat bagi pembaca lainnya jika komentar ini dijadikan sebagai artikel lalu dipublish di blog ini oleh mas syamsu hehehe 😀
he he, lucu juga kayaknya ya mbak? di mana awal saya berani menulis artikel web ini juga karena komentar saya dulu diminta agar dijadikan artikel oleh mbak Indri. Tapi rasa-rasanya kok kayak basi gitu mbak jika dah ada di komentar kemudian dipublish sebagai artikel. Gampang ah mbak, kapan-kapan lagi saya mengirim artikel dengan topik yang lain. Sekarang tak rajin komentar dulu. Santai saja, kapan-kapannya insya Allah tidak terlalu lama, paling lama 1 minggu. he he
seminggu lagi kelamaan karena sdh waktunya nulis artikel lainnya hehe 😀
sama sama belajar jadinya ya mba
benar mbak kayla 🙂
Kalau soal Ngeblog, saya juga pernah tu mbak belajar ama umur yang jauh di bawah saya :D, itulah ilmu, tanpa memandang status 😀
ilmu ternyata tidak memandang siapa orangnya ya mas 😀
Meskipun masih kecil atau anak anak kalau kalimahnya ada ilmunya kenapa tidak? saling sharing itu indah 🙂
Belajar memang tak mengenal usia yah mbak, mau belajar dari yang muda atau dari yang tua asal ilmunya tulus dikasih pasti bermanfaat.