India, negara yang pernah melahirkan tokoh besar, Mahatma Gandhi itu adalah salah satu negara dengan pendudukan terbesar di dunia. Saat ini, jumlah penduduk di India sudah mencapai 1,2 milyar atau dibawah Cina yang jumlah penduduknya sebanyak 1,3 milyar.
Tak pelak dengan jumlah penduduk sebanyak itu, India pun jadi negara favorit bagi para produsen handphone kelas dunia, seperti Apple, Samsung dan merek-merek handphone terkenal lainnya. Mereka pun agresif ‘menyerbu’ India dengan berbagai produk andalannya. India pun jadi salah satu pangsa pasar handphone dunia, selain China, Amerika Serikat dan Indonesia.
Tapi ternyata, ada kisah menarik soal handphone di negeri yang terkenal dengan Sungai Gangganya itu. Di beberapa negara bagian di India, terutama di desa-desa ada peraturan peraturan yang aneh bin nyeleneh. Peraturan yang berbau diskriminatif.
Apa peraturan aneh bin nyeleneh itu?
Seperti diketahui, India adalah negara yang menganut sistem federasi, dimana terdapat beberapa negara bagian di negara tersebut yang punya otoritas membuat peraturan sendiri. Tidak hanya itu, wilayah-wilayah pemerintahan tingkat desa juga berhak mengeluarkan aturan sendiri. Aturan ini biasanya dikeluarkan oleh Dewan Desa.
Nah, di India, ada beberapa Dewan Desa yang mengeluarkan aturan yang tak ramah kepada kaum perempuan di sana. Aturan tak ramah bagi kaum hawa itu berkaitan dengan pemakaian serta kepemilikan handphone. Di beberapa desa di India ternyata tak sembarang orang bisa pakai handhone. Pasalnya, beberapa Dewan Desa mengeluarkan peraturan yang melarang perempuan atau wanita yang belum menikah memiliki serta memakai handphone. Tentu itu sebuah peraturan yang aneh dan nyeleneh.
Sebab, di negara lain, nyaris tak ada peraturan seaneh yang dibuat beberapa Dewan Desa di India. Di Indonesia saja misalnya, orang beba memiliki dan pakai handphone. Bahkan mau punya handphone beberapa buah pun tak ada yang larang. Tua muda bebas punya handphone. Pun anak-anak, tak pernah dilarang pakai telepon genggam.
Tapi, di India, tak seperti itu. Di sejumlah desa, perempuan yang sudah menikah atau pun belum, dilarang keras memiliki handphone, apalagi sampai memakainya. Sadisnya lagi, larangan memiliki dan memakai handphone itu berlaku untuk jenis apapun. Mau handphone layar sentuh, atau handphone ‘jadul’, pokoknya di larang.
Jadi yang boleh memakai atau menggunakan handphone hanya kaum adam alias laki-laki. Sungguh peraturan yang aneh dan sangat diskriminatif. Tapi itu benar-benar terjadi.
Alasannya, kalau perempuan diberi atau punya handphone dianggap berbahaya. Perempuan dianggap cenderung mempermalukan dirinya pakai handphone. Mungkin yang dimaksud mempermalukan diri itu adalah hobi selfie via telepon genggam. Bahkan handphone dianggap sebagai biang keladi maraknya kawin lari diantara para perempuan India. Terutama di desa-desa.
Padahal di India sendiri tercatat ada 114 juta orang yang pakai handphone, baik pria maupun wanita. Tapi dari jumlah itu kebanyakan memang pria yang punya handphone. India sendiri terkenal dengan situasi yang kurang ramah terhadap perempuan. Perempuan di negara tersebut, masih dianggap sebagai warga kelas ‘dua’. Maka beruntunglah para perempuan di Indonesia. Sebab di sini, di republik ini, tak ada larangan aneh seperti yang ada di India. Semua bebas memiliki handphone. Mau beli bekas, baru, atau mencicil, pokoknya bebas memiliki dan menggunakan handphone.
Tidak bisa dibayangkan, jika di Indonesia juga diterapkan peraturan yang sama nyeleneh dengan yang di India. Kita tak bisa facebookan, narsis di instagram, atau aktif bercuit di twitter. Yang jomblo, mungkin tetap jomblo, karena tak punya akses untuk berselancar mencari calon pujaan hati. Yang galau tak bisa curhat. Dan yang suka narsis tak punya tempat untuk pamer diri. Dunia terasa sempit. Untungnya, peraturan aneh itu tak ada di Indonesia.
Walau memang harus diakui, internet kadang jadi ajang berkelahi. Jadi tempat menyemai benih kejahatan. Banyak kisah juga berita tentang kejahatan yang bermula dari internet. Penipuan, bahkan sampai pencabulan. Tapi walau begitu, internet adalah kesempatan kita membuka jendela dunia. Mereguk wawasan dari segala pojok bumi. Dari siapa saja. Asal dengan catatan, kita jadikan internet dunia yang sehat.
#Dicuplik dari berita di Tempo.co, mengutip apa yang ditulis New York Times.
Jangan lupa baca juga Setelah Jokowi Menabuh Genderang Perang.