Siapa bilang penyandang disabel, khususnya penyandang tuna netra tidak dapat berprestasi dibidang teknologi. Tidak percaya? Dimas Prasetyo Muharam buktinya. Pria yang memiliki tinggi 180 cm ini merupakan wirausahawan yang sukses khususnya dibidang teknologi. Selain itu, Pria kelahiran 14 Agustus 1988 ini merupakan seorang seorang penulis, blogger, penerjemah, dan aktivis.
Baca juga Ini Dia Awal Mula Terciptanya Teknologi Copy Paste di Komputer.
Dengan beragam aktifitas yang dijalaninya, Dimas ingin menepis anggapan bahwa penyandang tuna netra bukanlah orang yang hanya bekerja sebagai tukang minta-minta, tukang pijat maupun sebagai pengamen.
Untuk itulah pria yang dalam kesehariannya selalu membawa tongkat tersebut ingin membangun kemandirian kaum tuna netra lewat karya dengan memanfaatkan fasilitas internet.
Pertanyaan akan muncul. Bagaimana caranya penyandang tuna netra menggunakan fasilitas internet, sementara mereka tidak dapat melihat? Ternyata ketika membaca atau menulis teks di laptop maupun di ponsel, terdapat aplikasi pengubah teks menjadi bahasa lisan. Hal inilah yang menjadikan penyandang tuna netra dapat menggunakan fasilitas internet.
Dari sanalah Dimas dan ketiga temannya yang mempunyai minat yang sama, yaitu: komputer dan internet untuk membangun kapasitas sesama tuna netra. Mereka merintis Kartunet.com pada tahun 2006.
Dimana kartunet sendiri merupakan singkatan dari karya tuna netra. Sesuai dengan kepanjangannya, di website ini tersimpan sejumlah karya tuna netra, yang mana karya tulis tersebut pada tahun 2014 dibukukan.
Buku tersebut berjudul: Yang (Tak) Terlupakan dan Merpati berjari enam. Selain itu, kartunet juga menjadi wadah sosial dan komersial. Ada rintisan start up, menerima jasa web designing, pelatihan menulis, social media administrator, penyedia content, sebagai buzzer dan lain-lain.
Lalu, dari mana Dimas belajar komputer dan internet? Dimas belajar komputer bermula ketika SMA dari teman dekatnya. Ia belajar komputer ‘bicara’ yang diprakarsai Yayasan Mitra Netra. Karena merasakan dunia baru yang begitu menakjubkan, Dimas setiap pulang sekolah belajar komputer, hingga akhirnya ia mengenal internet untuk tuna netra.
Karena kerja kerasnya tersebut, tidak salah jika pria yang selalu tersenyum manis ini mendapatkan berbagai penghargaan. Diantaranya adalah: juara lomba menulis tingkat SMA se-Indonesia, Ashoka Change Maker, peserta Indonesia Young Change Maker (2012) dan merupakan penerima beasiswa kursus singkat gender dan disabilitas di Flinder University, Adelaide, Australia tahun 2013.
Tentu saja dengan seabrek prestasi yang ditorehkannya, seharusnya membuat mata kita terbelalak. Bagaimana tidak, dengan ‘keterbatasan’ yang dimilikinya, Dimas mampu berkarya, sementara kita yang diberikan ‘kesempurnaan’ dalam melihat sering lalai dalam berkarya. Jangan lupa ketahui juga Penasaran Bagaimana Mesin ATM Tercipta? Ini Dia Sejarahnya..