Publisher Adsenser Muslim, pernahkah kalian memikirkan hal ini ?

  • This topic is empty.
Melihat 27 pertalian (thread) balasan
  • Penulis
    Tulisan-tulisan
    • #22974

      Publisher Adsenser Muslim, pernahkah kalian memikirkan hal ini ?

      pernahkah terfikir oleh kalian, khusus yang muslim saja, bahwa iklan adsense yang ditampilkan baik di blog atau youtube kalian, bisa mengandung sesuatu yang haram ?

      iya saya tau adsense tidak menerima iklan por*n & minuman keras. Tapi apakah yang haram cuma itu ?

      bagaimana dengan….

      iklan riba (bunga). iklan riba bukan cuma iklan bank, bisa berbentuk iklan toko,kredit rumah,kredit motor atau iklan” yang lain, jadi sulit di blok

      iklan makanan haram. bisa berbentuk iklan restoran, atau iklan snack/makanan. makanan haram bukan cuma ba*bi, daging hewan yang disembelih tidak dengan nama Allah juga haram. bisa juga makananannya halal tapi ada campuran alkoholnya berapa persen.

      iklan semi naked. google memang tidak memperbolehkan iklan por*n. tapi iklan dengan gambar cewe berpakaian minim masih bisa lolos.

      iklan jualan binatang. boleh sih, tapi ada yang emang yg haram dijual. cth: anjing & kucing.

      Meskipun blog kalian satu tema, misal blog gadget, gk menutup kemungkinan iklan iklan diatas muncul. Iklan adsense muncul gk cuma berdasar tema blog, tapi juga user interest, dari perilaku browsing user, dan banyak faktor lain.

      nah gimana menurut kalian para blogger muslim.

      maaf gk ada maksud menghina karena saya sendiri muslim. no offense

    • #22975

      semua kembali keniat kak. niat untuk membantu seseorang dengan cara mengiklankan dagangan mereka di iklan kita. begini kak ada orang menyimpan donat di jualan kita, trus donatnya laku. otomatis orang yang menyimpan donat tersebut akan memberikan imbalan kekita. kalau masalah haram atau halal itu bukan kita sendiri yang inginkan. dan ini mungkin lebih banyak kebaikannya kepada manusia dibandingkan kejelakannya. makasih kak. hanya mengutarakan pendapat

    • #22976
      Gambar Gravatarlucindagurney
      Peserta

      sepakat…. sama mas iyan,

    • #22977

      Saya ragu dengan muslim anda,Awas provokator!!!!

    • #22978

      ragu gimana ?
      saya kan cuma minta pendapatnya.
      saya sendiri juga publisher, di blog & youtube.
      dan kadang kepikiran kaya gini.

    • #22983
      Gambar Gravatarmondaybath90
      Peserta

      saya juga sepikiran dengan agan, salah satu cara yang saya lakukan untuk meminimalisir iklan yang seperti di atas adalah saya mensortir iklan adsense saya.. Pernah saya melakukan mensortir iklan adsense yang berjumlah lebih dari 5ribu itu dalam beberapa hari.. hehe..

    • #22984
      Gambar GravatarAzis Bahari
      Peserta

      memang si, sbagai seorang muslim hal tsb sdah smestinya utk dipertanyakan.. tetapai bnar jga, klo ursan halal dan hram itu bkan kita yg nentuin..
      jdi intinya gini saja..
      cba deh kita pkirkan, dari skian bnyak hal pndapatan didunia krja. entah itu dunia nyata maupun dunia maya? emg ada yg bner2 murni halal?
      bhkan wirausaha saja yg jelas2 dianjurkan oleh nabi Muhammmad SAW, blum tntu kan dijaman skarang msh murni halal?
      dunia yg skrang emg udh sperti pnjara, yg halal ketilep sama yg haram. dan yg haram sudah disalah artikan mnjadi halal.

    • #22985

      @bayu target pengunjungnya indo atau bule mas ? Says bule jadi lebih Susah.apalagi YouTube yang gk ADA ads reviewnya

      @azis kalo menurut saya mas,wirausaha itu halal.misal jualan martabak,asal gk ADA bahan yg haram. Tapi emang kebanyakan orang sekarang pada gk mikir halal haram.

    • #22988
      Gambar GravatarIndri Lidiawati
      Keymaster

      Semua tergantung niat. Niat kita adalah mencari uang via adsense, itu saja. Mau tampil iklan apapun itu adalah urusan google dan yg maha kuasa 😀

    • #22997
      Gambar Gravatarabufauzan112
      Peserta

      memang benar mas….. sya juga terkadang miris lihat iklan wanita banenol pada blog saya, padahal niche blog saya mulai diarahkan pada niche agama. Tapi semua saya pasrahkan kepada Allah… Ibarat saya menjual pisau… terserah orang yang membeli pisau yang saya jual. Tapi niat saya pisau yang saya jual bisa memberikan manfaat kebaikan bagi mereka. Adapun jika mereka menggunakannya untuk kejahatan, kita berlindung kepada Allah dari perbuatannya.

    • #22999

      Saya juga pernah kepikiran begitu, walau tidak begitu detail. Biasanya kalau melihat iklan yg menurut saya haram, maka langsung saya masukkan ke daftar blokir. Sisanya yg tidak diketahui saya serahkan pada Allah. Tentu saja niatnya tetap mencari rezeki yg halal.

    • #23000

      Ini bukan urusan sepele, bagi muslim sangat penting. Kita tidak bisa diskusi tanpa ilmu, sebab bisa menyesatkan. Sebaiknya kita tanyakan langsung kepada orang yang mengerti tentang hukum Islam (alim). Hukum tidak bisa dijawab dengan logika atau pendapat.

      Kalau memungkinkan, memang harus disortir seperti mas Bayuwin.

      Saya sendiri publisher AdSense, untuk meminimalisir adanya rezeqi haram dari blog, saya hanya posting konten positif, termasuk TIDAK memposting gambar yang menampilkan aurat perempuan. Di beberapa blog, gambar perempuan seksi biasanya dijadikan senjata untuk menarik minat pembaca.

      Apakah cukup hanya dengan niat? Silakan baca ini http://ieza.staff.ub.ac.id/2012/09/20/yang-penting-niat-kebodohan-dalam-memahami-arti-niat/

    • #23012
      Gambar GravatarDwi Sugiarto
      Peserta

      Buat teman teman yang ingin mengetahui hukum memasang iklan adsense dimata syariat islam bisa mengunjungi artikel berikut ini Insya Allah menenangkan :

    • #23013
      Gambar GravatarHabibullah
      Peserta

      Semua itu sudah diatur. Apabila kita tidak bisa menemukan di Al Quran, bisa lihat hadits, apa bila tidak ada pada hadits, tanya atau berkonsultasi, apabila tidak ada jawaban lagi, simpulkan sendiri (dalam artian seimbang).

      Kita masih bisa menyortir iklan-iklan tersebut, jadi masih halal dalam hal ini, selagi kita mau berusaha. Kita melakukan suatu pekerjaan tentu “REPOT” adalah hal yang paling umum.

      Contoh saja, ingin berjualan bakso, kita harus berani REPOT, memikirkan uang, bahan-bahan dari bumbu hingga bakso itu sendiri, minyak, mangkok, dan menimbang keuntungan serta biaya transport. Repot bukan? Dan selama bakso itu masih mengandung daging sapi, bukan daging babi, tentu halal.

      Ini sama halnya dengan Google AdSense, jika kita ingin sesuatu, harus berani repot. Semua hal yang ada di dunia ini ada baik buruknya.

      Dan melanjutkan pendapat saya di paragraf pertama, kita bisa menyimpulkan sendiri jika tidak mendapatkan, bahwa :
      Google AdSense masih bisa diperbolehkan asal kita mau mberusaha untuk menyortir iklan yang memang bukan hak yang baik dalam agama kita.

      Catatan!
      Apabila semua sudah dikelola dengan baik, menurut pendapat saya pribadi, apabila iklan Google AdSense itu memberikan manfaat (contoh, quipper school yang ingin belajar online, software akuntansi untuk memudahkan pekerjaan akuntan, dll) justru malah hak itu membawa pahala bagi kita, karena kita ikut memberi kebaikan pada orang lain.

    • #23014

      @gus durohman
      Iya emang miris mas.
      Niche agama harus super hati hati.
      Agama nggak cuma satu mas.
      Bisa jadi iklannya tentang agama lain.
      Kan jadi gk nyambung. Mas mbahas agama a tapi iklannya agama b.

      @husni
      Setelah saya baca artikelnya emang bener mas. Pencuri pun sàat ditanya niatnya baik,menafkahi anak istri.namun perbuatannya itu sebenarnya buruk.

    • #23032

      Ia walau belum diterima adsense, tapi saya sudah pasti tidak akan menampilkan iklan yang melanggar norma agama 🙂

    • #23039
      Gambar Gravatarsingtoad5
      Peserta

      Kalau menurut pendapat saya : sobat sendirilah yg tahu jawabannya. Karena jika adsense banyak membawa mudharat daripada manfaatnya bagi sobat, jelas haram hukumnya. Tapi jika adsense itu membawa manfaat bagi sobat maka sah-sah saja. Toh iklan kan bisa disortir. Kalau saya sendiri sangat mendukung google adsense karena banyak membuat orang memiliki penghasilan walaupun saya sendiri belum diterima hehehe…salam kenal naysira.com

    • #23067
      Gambar GravatarLilih
      Peserta

      Wah isu ini, menurut pendapat saya, akan sulit dijawab. Kenapa?

      Pertama, mungkin bisa menyortir iklan yang berbau-bau haram ya, tapi bukankah itu berarti pengelolaan GA itu mencampur baur antara yang haram dan halal? Dan apakah ini berarti kita tidak boleh bekerja sama dengan GA? (wah jadi pertanyaan lagi nih, hehehe). Terus apa ada jaminan iklan haram itu takkan muncul lagi? Seperti mas @Bayuwin 5000 iklan haram disortir dalam beberapa hari, terus apakah tidak akan ada iklan haram lainnya? Nanti pasti akan disortir lagi. Begitu seterusnya. Sortir iklan terus kapan nulisnya?

      Kedua, pasti akan banyak pro dan kontra yang sampai kiamat nggak bakal sepakat semua, tapi untuk wacana ini baik. Artinya banyak blogger yang mulai menyadari bisnis online, nggak main asal terjang saja. Tapi mulai memikirkan satu persatu hal ini.

      Saya sendiri? Memutuskan jalan terus saja, meskipun masih menggali informasi lebih lanjut. Saya belum bisa berhenti, karena belum ada jalan lain, wong masih kembang kempis pendapatannya.

    • #23073

      @lisunews yang menentukan iklan apa yang ditampilkan itu bukan mas, tapi google. tetep harus hati hati.


      @lilih
      memang iklan haram sulit dicegah mas. mungkin semua bisa diblokir sekarang, tapi kedepannya akan muncul iklan iklan seperti itu lagi.

      saya sendiri kadang iri dengan pedagang asongan dan pedagang kecil di pasar. pendapatan mereka tidak seberapa tapi jelas. sedangkan saya kadang takut ikut menyebarkan iklan haram di blog & youtube saya.

    • #23094
      Gambar GravatarSyamsu
      Moderator

      Harus lebih mendalami lagi masalah ilmu muamalat.

    • #23096
      Gambar GravatarAnton
      Moderator

      urun pendapat ahh. habis seru…Baca pendapat kawan-kawan bagus-bagus. Hanya saya jadi timbul pertanyaan sendiri

      1. Mas Husni bilang, ilmu agama tidak bisa hanya berdasarkan logika dan pendapat harus bertanya pada yang tahu/ahli agama. Mas Habibullah memberikan konklusi bahwa Google Adsense halal selama kita bisa menyortir. Pertanyaannya, apakah Mas Habibullah seorang ahli agama dan memiliki hak untuk memberikan dakwah atau fatwa mengenai google adsense?

      2. Mas HUsni bilang bahwa ilmu agama tidak bisa berdasarkan logika dan pendapat. Pertanyaannya apakah ahli agama tidak memakai logikanya ketika mengeluarkan suatu fatwa tentang sesuatu? Lalu darimana apa yang mereka sampaikan itu berasal? Lalu Mas Habibullah itu berhak kah membuat fatwa daam hal ini, dan di forum ini, ataukah itu hanya sekedar pendapat saja.

      3. Analogi Mas Raimundo tentang pencuri tidak tepat dipakai disini. Bahkan kalau boleh saya bilang itu menjadi analog yang bodoh. Blogger dengan adsense tidak pernah berniat mencuri sesuatu. Pencuri dengan alasan apapun memiliki niat mencuri.

      Sang Ustadz menurut saya melupakan bahwa niat mencari nafkah melahirkan niat-niat lain yang berbeda. Saya berniat mencari nafkah untuk anak istri, kemudian melahirkan niat untuk bekerja secara halal. Seorang pencuri, memiliki tujuan yang sama, kemudian berniat mencuri. Apa yang disampaikan tulisan itu sepertinya benar, tetapi terlihat menyepelekan dan menyederhanakan masalah, hanya demi mendukung teorinya.

      Mungkin analogi yang tepat adalah berbisnis hotel. Jarang orang mendirikan hotel atau penginapan untuk bisnis esek-esek, tetapi dalam kenyataannya banyak yang menggunakan dengan tujuan seperti itu. Nah, halal kah penghasilan yang didapat oleh sang pemilik hotel?

      4. Apakah dengan mensortir iklan langsung penerimaan dri iklan menjadi halal? Pemasukan Google dari iklan bercampur antara yang “halal” dan “haram” (menurut versi kita). Lalu benarkah uang yang diterima dari adsense waau setelah menyortir iklan sudah pasti halal? Halal kah bekerja di Bank?

      5. Ketika kita menyortir iklan, tetapi kita tetap menonton film batman vs superman yang ada wonder woman, menonton CSI Miami dan berbagai tontonan lainnya, bukankah kita menjadi sangat tidak konsekuen. Disatu sisi meributkan halal dan haram adsense, tetapi disisi lain ketika berkaitan dengan kesenangan kita, kita tidak mempermasalahkannya.

      Kalau mau konsekuen, mungkin kita tidak seharusnya punya Televisi. Tutup semuanya karena sulit sekali menghindarkan diri kita 100% dari apa yg menurut kita “haram”. Coba perhatikan penyiar berita saja kadang tidak berhijab, padahal rambut termasuk aurat. Nah, dengan melihat aurat wanita saja, kita bisa masuk kategori berdosa, padahal bukan itu niat kita dan hampir semua stasiun televisi di Indo, banyak sekali hal seperti itu.

      Cara terbaik untuk 100% terbebas dari kemungkinan itu adalah dengan mematikan televisi seterusnya. Bisakah kita. Padhal dunia masa kini tidak mungkin lepas dari unsur-unsur seperti ini

      Pertanyaan lanjutan, kalau mau terbebas dari kemungkinan haram penghasilan adsense, gampang saja. Jangan pernah mengajukan aplikasi adsense atau PPC lainnya. Karena kita sama sekali tidak bisa mengontrol mengenai apa yang akan ditampilkn di web kita.

      6. Ketika kita mempermasalahkan halal dan haramnya adsense, ada bagusnya kita mempertanyakan juga apakah kita punya akrtu kredit, nyicil rumah lewat KPR Bank syariah atau bukan, bahkan bertanya apakah cara kita berjual beli sudah benar. Setahu saya, jual beli yang benar adalah pada saat ketika ijab kabul dilakukan di muka, nah pertanyakan ketika Anda makan di warung, apakah Anda sudah makan barang yang menjadi hak Anda.

      7. Kembali ke masalah ahli agama, di atas ada link dari blog WordPress, balik ke pertanyaan, apakah penulis nya seorang ahli agama? Mengapa ditanyakan, memakai logika dari Mas Husni bahwa kita harus bertanya pada yang tahu agama/ahli agama. Lalu sudahkah dicek siapa penulisnya, apakah betul2 ahli agama atau bukan. Soalnya di masa sekarang banyak sekali tiba2 ustadz dadakan di online yang menyimpulkan berbagai masalah terkait agama bahkan tanpa latar belakang yang jelas.

      Setahu saya untuk merumuskan fatwa banyak sekali kaedah yang harus dipenuhi, bukan hanya sekedar melihat hadist atau Al Qur’an. Yang melakukannya harus paham bahasa Arab, gaya bahasa Arb, etimologi arab, sejarah Arab dan lain sebagainya.

      Sementara kebanyakan dari kita hanya mengutip ayat dan mempelajari terjemahannya saja. Padahal sebuah ayat dalam Al Quran atau hadis, bisa memiliki beberapa versi terjemahan karena masalah pemaaian kata atau bahasa.

      Nah, sudah kah kita melakukan cek ulang pada penulis blog itu, apakah mereka memang betul2 menguasai ilmu-ilmu tersebut.

      ——-
      Poin yang saya sebut disini hanya sebagian dari berbagai kontradiksi yang muslim hadapi dalam kehidupan di dunia.

      Dikata harus bertanya pada orang yang ahli agama, tetapi pada saat yang bersamaan kita terbiasa “memungut” sesuatu dari yang kita tidak kita ketahui apakah memang berasal dari seorang yng mengerti.

      Dilarang berlogika ketika membahas masalah agama, tetapi dengan mengatakan ini, bukankah kita sendiri sedang berlogika. Kita memaksa orang lain tidak boleh menggunakan logika mereka, tetapi kita memaksa mereka menggunakan logika kita sendiri.

      Berpikir mendalam dan serius tentang sesuatu hal yang justru belum menjadi bagian yang terlalu penting dalam hidup kita, tetapi tidak mempertanyakan hal-hal kecil yang justru mengambil porsi besar dalam kehidupan kita. Contoh, menerima gaji adsense, saya pikir belum menjadi sesuatu yang utama bagi kita para blogger kan? tapi kita sudah membahasnya secara mendalam. Pernahkah kita bertanya tentang gaji yang kita terima tiap bulan, apakah ada uang haramnya atau tidak?

      Apakah seorang penjual gorengan sudah pasti uangnya halal? Kok bisa mas Raimundo iri? Jawab saya belum tentu! Ketika ia memakai plastik untuk membuat renyah gorengannya, ketika ia berhutang dengan bunga dari seseorang, ketika ia menggoreng dengan menggunakan minyak goreng bekas tanpabilang pada pelanggannya? dan seterusnya. Banyak unsur yang menentukan haram dan halal sesuatu dan kita tidak perlu iri karena kita pada dasarnya tidak tahu apa yang ada di belakang layar semua itu.

      We are just human. Kita harus berpegang pada prinsip “Untuk mu agama mu untuk ku agama ku”. Yang juga bisa diinterpretasikan menjadi, “untukmu amal ibadah mu, untuk ku amal ibadahku”. Juga harus yakin bahwa Hakim Nan Agung hanya satu, Allah SWT.

      Bertanya pada yang lebih tahu adalah sebuah kewajiban manusia selama hidup. Tetapi “Yang lebih tahu pun” tidak berarti BENAR menurut Allah. Karena pada dasarnya, hanya DIA yang berhak dan bisa. Tidak seorang manusiapun bisa mengambil alih hal itu. Masing-masing dari kita akan mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan nanti.

      Mengatakan apa yang orang yakini dalam hal ini salah adalah sebuah kesalahan karena pada dasarnya kita sama-sama sedang mencari jalan ke arah Ridho NYA. Yang mana yang benar, kita bisa saling berdiskusi tetapi bukan memvonis. Agama untuk membawa kebaikan bagi diri kita, itu yang utama dan bukan untuk menjudge orang lain.

      THERE GOES MY TWO CENTS.

    • #23103
      Gambar GravatarHabibullah
      Peserta

      Begini mas Anton, saya bukan seorang ahli agama, tapi saya sudah melakukan semua itu untuk mendapatkan jawaban tentang Google AdSense. Saya orang biasa, jangan mengaitkan dengan ahli agama tolong, karena siapapun berhak menasihati dan memberi informasi, siapapun dia, dan tidak harus seorang guru atau ahli agama, jika kita sudah berpedoman pada Al Quran dan Hadits.

      Toh kita juga bisa belajar kepada Internet, selain guru, ya kan?

      Begini.

      Hadits adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain al-Qur’an, dalam hal ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an.

      Kedudukannya yang lebih lengkap adalah sebagai berikut:

      1. Al-Qur’an
      2. Hadits
      3. Ijtihad:
      Ijma (kesepakatan para ulama),
      Qiyas (menetapkan suatu hukum atas perkara baru yang belum ada pada masa Nabi Muhammad hidup).

      Jadi, apakah saya salah mengatakan pendapat saya, saya memiliki pendapat bukan asal keluar dari mulut, ada referensi yang saya ambil dan saya masukkan, sehingga tidak menimbulkan fitnah.

      Sebenarnya, mungkin ini baru pendapat saya, orang-orang bekerja juga memiliki mudharat. Misal saja kernet, kernet tidak mungkin bisa mengalihkan pandangan kepada yang bukan muhrim. Contoh lagi, misal tenaga pengajar, jika mengajar jam 7.00 akan tetapi masuk ruang malah jam 7.05 bukankah itu waktu yang dikorupsi?

      Nah begitu pula dengan Google AdSense, menurut saya jika membawa kebaikan lanjutkan asal siap untuk menyortirnya, apabila membawa kemudharatan, lebih baik tinggalkan saja.

      Bukan saya sok tau, dan saya sedang tidak menggurui, mohon maaf jika ada yang tersinggung.

    • #23104

      @maz Anton
      Kehalalan uang itu masalah besar mas. Karena uang ini digunakan untuk kehidupan sehari hari. Kalo uangnya gk bersih bisa jadi berpengaruh ke urusan yang lain.

      Bukan berarti saya menanggap remeh berbohong & nonton acara haram di TV.
      Tentu saja itu dosa.

      Kenapa saya menulis topik ini tentu saja karena ini memang forum Adsense. Kalo saya nulis topik Halalkah gaji pegawai bank, tentu saja forum ini bukan tempatnya.

      Adsense itu halal selama iklannya tidak bertentangan dengan syariah(fatwa di rumaysho dot com), yang saya permasalahkan itu gimana kalo ADA iklannya haramnya, makanya saya minta pendapatnya. Siapa tau ADA yang bisa ngajarin Cara bersihin iklannya.

    • #23105

      Tentang penjahat/pencuri tadi saya ambil dari artikel yang dishare sebelumnya.
      Mohon màaf tidak bermaksud menyinggung(saya sendiri blogger)
      Tapi jika bànyak yang tersinggung mohon maaf

    • #23107
      Gambar GravatarAnton
      Moderator

      Begin Kangmas Habibullah. Sebelumnya silakan baca konteks dan alur diskusinya.Saya hanya memakai berbagai pendapat yang ada di dalam ini, logika-logika yang dipakai oleh masing2 yang mengemukakan pendapat.

      Tapi oke lah saya terjun. Dari alur yang Anda buat sendiri,

      1. mampukah atau berhak kah Anda membuat Qiyas sendiri tentang google Adsense? Karena setahu saya tidak ada Adsense pada masa Rasul, berarti mungkin harus dengan cara Qiyas?

      Seberapa jauh pengetahuan kita tentang tata cara mengambil qiyas dan seberapa jauh pemahaman kita pada hadist dan Al Quran tentu akan mempengaruhi proses pengambilan qiyas sendiri. Qiyas bukanlah pendapat dan tidak semua orang bisa mengambil qiyas untuk orang lain. Qiyas adalah Hukum. Lalu siapa yang bisa membuat hukum itu?

      Kecuali Anda buat itu untuk diri saya sendiri dan Anda yakin itu. Jadi no problem.

      2. Kalau Anda membuat pendapat, tidak kah hal tersebut bertentangan dengan logika dari Mas Husni yang mengatakan bahwa beragama itu tidak boleh dengan logika atau pendapat. Harus tanya ke ahlinya.

      Dalam sebagian, saya sependapat. Tidak berbeda dengan kalau kita sakit maka harus pergi ke dokter yang tahu tentang ilmu kesehatan. Ketika ingin bertanya soal TV, kita bertanya pada tukang reparasi TV. Soal hukum , nanya ke pengacara. Lalu soal agama? berarti kita harus bertanya pada ahli agama.

      Nah, dari sini, maka pertanyaannya ya kembali, ketika kita mengatakan sesuatu haram atau halal di muka umum, maka pertanyaannya, berhak kah kita. Berbeda kalau itu dilakukan untuk diri sendiri. Tetapi haram dan halal di muka umum adalah berbeda karena ada kemungkinan orang akan mengikuti dan beranikah kita bertanggung jawab terhadap orang lain.

      Disitu beratnya beban ulama karena dia juga harus memikirkan efek dari apa yang dikatakannya kepada orang lain.

      3, Mencari referensi untuk menguatkan pendapat atau untuk mencari kebenaran? Berbeda. Silakan telaah lagi bedanya

      Lalu referensinya pun harus jelas darimana, apakah orang-orangnya memang tahu tentang hal itu atau tidak. Apakah mereka paham tentang ilmu agama sekaligus tentang adsense dst. Referensi pun tidak bisa hanya dengan serta merta dri internet karena seperti saya bilng sebelumnya, di internet banyak sekali yang hanya bermodal sedikit pengetahuan ayat, kemudian menggunakannya untuk memperkuat teorinya dan jadilah ia seorang ustadz dalam menentukan haram dan halal.

      Referensi itu penting untuk diketahui sumber asalnya. Mencomot sesuatu dari internet tanpa menelaah dari siapa berasal hanya karena mendukung pendapat kita, saya tidak yakin merupakan cara membuat qiyas yang benar.

      Oleh karena itu harus pula disadari internet itu memiliki sisi yang berbahaya dalam belajar agama. Bahayanya karena kita tidak tahu kredibilitas si penulis dan tahu apakah ia benar-benr mampu atau tidak. Apakah ia hanya seorang blogger yang asal comot dari sana sini, apakah seorang yang yang hanya menyebarkan pendapatnya dan mengutip ayat-ayat, lalu dianggap sebagai sudah pasti benar?

      Sama saja ketika seorang blogger menulis tentang manfaat tomat atau bahaya minum air putih bagi kesehatan, lalu sudah pasti benarkah? Padahal kita tidak tahu apakah si blogger ahli nutrisi atau doketr atau bukan. Bukan pula peneliti yang meneliti tentang hal itu. Dst dst.

      Ini mah hanya masukan dan urun pendapat. Jangan tersinggung yah. Itu pertanyaan-pertanyaan yang timbul membaca alur diskusinya.

      Menurut saya, akhirnya, silakan kembali pada diri sendiri masing-masing. Mana yang Anda yakini benar, jalankan. Saran saya, jangan dibenturkan dengan apa yang orang lain yakini, yang mungkin berbeda. Masalah keyakinan adalah hak individu yang harus dihargai.

      Itu saja kawan.

    • #23133
      Gambar Gravatarsoccergallon2
      Peserta

      saya juga mau ikutan, menurut saya ini adalah hal yang tidak bisa di diskusikan karena percuma akan banyak pro dan kontra. halal haram itu bukan urusan kita yang memberikan penilaian, karena toh jelas penayangan iklan bukan kekuatan kita, benar kata @mas_husni dan benar kata @mas_bayu juga benar kata @mas_anton dan yang lainnya juga benar. jika anda ragu dengan halalnya google adsense maka tinggalkan, jika anda yakin adsense halal maka silahkan lakukan. Jangan sampai membuat fatwa halal haram sendiri. saya memang bukan ahli agama, tapi saya sedikit mengutip hadits “Innamal a’maalu bin niyyah” (Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat). kemudian ayat tentang muslim harus mempunyai keyakinan, saya lupa lagi surat dan ayatnya “sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu yang bersifat bimbang atau tidak ada keyakinan”.

      maaf cuma ikutan memberikan komentar. Mungkin saya bicara salah, tapi itu cuma menurut saya. maklum bukan ustadz bukan santri, cuma memakai logika hehe

    • #23189
      Gambar Gravatarabu azma
      Peserta

      Salah satu iklan yang meresahkan adalah “temukan Tuhan”, mungkin sahabat pernah lihat iklan itu dalam bentuk gambar seorang pemuda berjengggot rambut panjang mirip y***s. Suatu ketika saya telusuri situs resminya dan ternyata berisi artikel dan diskusi yang menjelek-kan serta memojokan agama kita bagkan adminya selalu mencari kelemahan lawan-nya dengan tujuan mau ikut agama mereka. iklan seperti itulah yang bikin gak berkah, iklan itu saya blokir. Kalau tayangan yang lain tidak masalah menurut pribadi, sebab ketika tanggal 22 totalan saya sisihkan 2,5% untuk membersihkan harta dari google ini

    • #23213
      Gambar Gravataredy19
      Anggota

      Allah memberikan kita akal untuk saling bertukar pikiran,,sesama manusia hanya bisa saling mengingatkan satu dengan yang lainnya..mantap sekali diskusinya, semoga menjadi salah satu taman surga seperti majelis ini..meskipun terbentang jarak yang jauh, masih dapat berkomunikasi satu sama lain. membahas pintu rezeki dari Allah SWT yang dari setiap arah kehidupan. Smga stiap rezeki yang diterima menjadi berkah untuk kita dan keluarga. semoga diskusi ini menjadi berkah dan mendapat petunjuk dari Allah SWT..Amin..

[addtoany]
Melihat 1 pertalian (thread) balasan
  • Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.